Rabu, 01 Oktober 2014
Jumat, 16 Mei 2014
BETTER THAN ME
Saya ingat nasehat ayah saya dulu “Nak...apapun cita-cita
kamu nanti, kamu harus menjadi lebih baik, lebih sukses dari apa yang sudah
ayah peroleh saat ini, baik secara jasadiyah
maupun ruhiyah”.
Ya...itulah salah satu momen penting dalam hidup saya yang
memotivasi untuk selalu bekerja keras, tetap semangat, jujur dan terus
beribadah, apapun yang didapat sekarang tidaklah penting, selama kita tetap
terus berjalan pada sesuatu yang haq, karena kesuksesan bersifat nisbi dan
bukan materi yang menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang.
Alhamdulillah...anak saya tertua Better than me,
mudah-mudahan kesuksesan akan selalu menyertainya, sukses untuk dunia dan
akhirat, kalau ayahnya hanya bisa singgah dikota-kota dalam wilayah Indonesia
saja, biarlah anak saya bisa singgah dikota-kota belahan dunia.
Minggu lalu usaha yang sedang dirintis anak saya mendapat
kesempatan menjadi Duta untuk mengikuti pameran di Singapura, dan minggu depan
akan menjadi pembicara tentang “Young Enterpreneurship” di Manila, Filipina.
Secara Ruhiyahpun dia Better than me, tetap aktif berda’wah
di sela kesibukannya, selalu menjaga kejujuran, harapan saya semoga apa yang
sudah diraihnya saat ini membuatnya tetap membumi, low profile dan adik-adiknya
bisa terkontaminasi, tak ada kebahagian bagi orang tua selain melihat keberhasilan
dan kesuksesan anak-anaknya, semoga ini semua bisa meningkatkan rasa syukur
saya terhadap Allah SWT.
CIVIL CASES
Saya tidak pernah menyangka bisa duduk didalam Ruang Sidang
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini, bahkan dalam mimpi saya yang terliar
sekalipun, yeah...baru kali ini mengalami masalah ini, Proyek Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Kupang – Nusa Tenggara Timur masuk ranah hukum tersangkut kasus
perdata, proyek tersebut mendapat gugatan dari kontraktor pelaksana dan saya
sebagai konsultan manajemen konstruksi terkena imbasnya menjadi turut tergugat
kesatu, jadilah melewati waktu yang panjang untuk mondar mandir menghadiri
persidangan.
Aneh memang...apa karena Republik ini sebagai negara
Demokrasi sehingga apapun bisa dibolak balik dengan mengatas namakan demokrasi,
secara kontraktual jelas posisi penggugat menyalahi kontrak dan surat
perjanjian pemborongan, kontraktor tidak melaksanakan kegiatan pekerjaan yang
sudah disebutkan dalm kontrak sehingga mendapat surat teguran kesatu, kedua dan
ketiga dari konsultan MK, yang meyebabkan turunnya surat peringatan kesatu, kedua
dan ketiga dari Bank Indonesia yang secara otomatis kontrak diputus, entah
karena apa? Kontraktor pelaksana melakukan gugatan karena hal ini melalui
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Menurut keterangan dari segelintir orang, konon kabarnya
untuk kasus-kasus perdata memakan waktu yang lama sampai ada keputusan dari
hakim untuk perkara tersebut, apalagi bila proses mediasi yang diberikan oleh
hakim mengalami dead lock, akan menghabiskan waktu berbulan-bulan mengikuti
proses peradilan, sudah sebulan kasus ini bergulir dan belum jelas ada
tanda-tanda akan berakhir, kinerja proyek menjadi terhambat dan nyaris stagnan.
Tapi dibalik semua ini banyak hikmah yang bisa dipetik,
setidaknya ada pembelajaran tentang ranah hukum, yang tadinya buta hukum
menjadi melek hukum, kalau terlalu lama mengikuti kasus ini bisa-bisa saya
malah jadi melotot hukum, semoga keputusan hakim nantinya menjadi keputusan
yang adil dan seadil-adilnya, karena ada kekhawatiran juga karena sekarang
semua bisa dibeli.
Demokrasi....Oh demokrasi...oh democrazy...
Selasa, 14 Mei 2013
Bali....tidak seindah yang kau bayangkan
terima kasih baliku,
budayakan alammu.......(Bali bagus by Slank)
sepenggal bait lagu “Bali
Bagus” yang dinyanyikan oleh Slank,yang
menggambarkan tentang keindahan pulau Bali, mungkin bagi mereka yang belum
pernah ke pulau Bali penasaran ingin melihat keindahan alam bali atau ingin
merasakan kebudayaan bali yang sampai saat ini masih terpelihara keutuhannya.
Setahun sudah saya tinggal di Bali karena alasan pekerjaan, selama
itulah disetiap ada waktu luang saya coba kunjungi tempat-tempat tujuan wisata dari utara sampai
selatan, dari timur sampai barat, sudah semua tempat dijelajahi, yang pada
akhirnya kejenuhan yang timbul karena kemana lagi harus berkunjung. Mungkin
untuk tempat wisata tdaklah jauh berbeda dengan tempat wisata lain yang ada di
bumi nusantara ini.
Mungkin yang sedikit membedakan adalah kultur budaya bali
yangmasih terpelihara, walau bali sudahsesak dengan para pendatang dari jawa,
yang bekerja maupun usaha di pulau bali ini. Kita masih bisa melihat anak kecil
atau remaja yang hampir setiap malam berkumpul di banjar untuk latihan menari
atau bermain gamelan. Upacara-upacara adat yang tetap dilaksanakan pada
waktu-waktu tertentu.
Walau banyak gedung-gedung hotel bertebaran disepanjang
sanur, denpasar, kuta sampai nusa dua. Bali layaknya kota metropolis yang
menggeliat, tapi modernisasi ini tidak menyurutkan dan mengkikis kebudayaan
bali, entah satu dekade kedepan apakah bali masih bisa menahan gelombang
modernisasi yang datang bertubi-tubi
ini. Bali layak disebut kota “Etnis Metropolis” mungkin istilah yang tepat
untuk menggambarkan kondisi bali saat ini.
Bagi mereka yang belum pernah ke bali akan selalu
menimbulkan rasa penasaran untuk menginjakan kaki di Pulau Dewata ini, tapi
bagi saya bali tidaklah seindah yang kita bayangkan, mungkin pernyataan ini
karena rasa frustasi ana yang selalu menahan kerinduan kepada kota kelahiran,
boleh jadi sangat berlaku bagi saya konteks dari pepatah
![]() |
Apapun yang menggambarkan bali seperti apa..pada akhirnya
kita sendiri yang dapat menilai.
Surat kepada Suara Hati
Betapa banyak mata ini memandang
pemandangan yang bukan seharusnya untuk kupandang
Betapa banyak telinga ini mendengar
celoteh dan suara sumbang yang seharusnya kuabaikan
Betapa banyak mulut ini bicara dusta
terkadang dengan caci maki dan sumpah serapah
Betapa banyak lidah ini merasa
segala sesuatu yang tidak pantas untuk dirasa
Betapa banyak kulit ini disentuh dan dibelai
dengan elusan bakal api neraka
Betapa banyak pikiran ini berpikir
untuk selalu menggapai rayuan surga dunia
Betapa banyak waktu ini tersita
oleh canda tawa dunia
Betapa banyak jiwa ini lepas kendali
jauh pergi meninggalkan Rabbnya
Betapa banyak hati ini menjadi karat
karena penyakit hati berevolusi menjadi hati yang gelap
Betapa ruh ini begitu mendamba
untuk kembali pada jalan yang hanif
pemandangan yang bukan seharusnya untuk kupandang
Betapa banyak telinga ini mendengar
celoteh dan suara sumbang yang seharusnya kuabaikan
Betapa banyak mulut ini bicara dusta
terkadang dengan caci maki dan sumpah serapah
Betapa banyak lidah ini merasa
segala sesuatu yang tidak pantas untuk dirasa
Betapa banyak kulit ini disentuh dan dibelai
dengan elusan bakal api neraka
Betapa banyak pikiran ini berpikir
untuk selalu menggapai rayuan surga dunia
Betapa banyak waktu ini tersita
oleh canda tawa dunia
Betapa banyak jiwa ini lepas kendali
jauh pergi meninggalkan Rabbnya
Betapa banyak hati ini menjadi karat
karena penyakit hati berevolusi menjadi hati yang gelap
Betapa ruh ini begitu mendamba
untuk kembali pada jalan yang hanif
Jumat, 10 Mei 2013
Untuk mereka...
Waduh…iseng-iseng buat puisi yang ditujukan kepada mereka yang berusaha dan sedang berusaha untuk terus mensucikan jiwanya, mungkin bisa mengikuti jejak Khalil Gibran, Jalaludin Rumi, WS Rendra atau Taufik Ismail, Siapa tahu….?
Mereka yang bangkit dikegelapan malam
Dalam dingin dan hening
Dalam rasa kantuk yang membebani pelupuk matanya
Dalam harap dan harap yang tak pernah putus
Dalam doa yang senantiasa berkumandang
Dalam dzikir yang menggema menembus langit ke tujuh
Dalam diam dikedalamn hatinya
Tertunduk….terkesima….terlena….
Mengikuti ruhiyahnya yang terbang dalam palung hatinya
Jauh…jauh menembus ruang dan waktu
Berdiri dalam fauna dimensi penuh cahaya
Yang gemerlap menerangi langit dunia
Jiwanya belum lagi suci.
Mereka yang berdiri ketika matahari tergelincir
Berharap ada perbaikan dalam lakunya
Bermunajat kepada khaliknya
Dalam hiruk pikuk dunia
Dalam kesemerawutan jalan-jalan yang sudah tidak layak lagi
Dalam deru dan asap yang menyesakan dada
Dalam keringat yang tak lagi bercucuran
Tertunduk…terkesima…terlena….
Mengikuti hawa nafsunya yang tanggal satu persatu
Jauh…jauh terbang dalam terik matahari
Berdiri di batas cakrawala
Yang suram karena nestapa
Jiwanya belum lagi suci
Mereka yang berjalan dalam lapar dan dahaga
Menyusuri jalan Jakarta yang berdebu
Melewati gang-gang pengap yang penuh caci maki
Atau duduk dalam ruang dingin berpermadani
Atau berdiri dibawah terik matahari yang tak lagi sembunyi
Dalam dahaga yang membakar kerongkongannya
Dalam lapar yang membelit ususnya
Dalam perputaran waktu yang terus berputar
Tertunduk…terkesima…terlena….
Mengikutinya rasa ini yang enggan lagi berpaling
Jauh…jauh melintasi alam bawah sadarnya
Berdiri dikejauhan
Yang tak lagi bisa dijangkau
Jiwanya belum lagi suci.
Mereka yang bertaubat dalam masjid-masjid
Berkumandang lafadz zikir
Membelah hening malam
Menerobos barikade nafsu hewani
Memporak porandakan buaian kenikmatan
Memberangus kemaksiatan
Dalam sesal yang kian tanggal
Dalam tangis kemerdekaan
Dalam bahagia yang dating menghantam bertubi-tubi
Dalam hati yang kian menampakan sinarnya
Tertunduk…terkesima…terlena….
Mengikuti debar jantungnya
Jauh…jauh melayang dalam harap dan cemas
Berdiri ditepian jurang
Yang tak lagi dalam
Jiwanya belum lagi suci
Semua berlalu mengikuti bumi yang berputar
Asa itu telah direngkuh
Harap itu mulai bisa diraih
Sinarnya mulai hadir
Menyinari segenap jiwanya
Mengisi aliran darahnya
Berbahagialah………….
Beruntunglah…………..
Untuk mereka yang mensucikan jiwanya.
Dan untuk mereka yang tetap mensucikan jiwanya.
sesungguhnya beruntunglah orang yang Mensucikan jiwa itu,
( سورة الشمس , Ash-Shams,ayat 9)
Mereka yang bangkit dikegelapan malam
Dalam dingin dan hening
Dalam rasa kantuk yang membebani pelupuk matanya
Dalam harap dan harap yang tak pernah putus
Dalam doa yang senantiasa berkumandang
Dalam dzikir yang menggema menembus langit ke tujuh
Dalam diam dikedalamn hatinya
Tertunduk….terkesima….terlena….
Mengikuti ruhiyahnya yang terbang dalam palung hatinya
Jauh…jauh menembus ruang dan waktu
Berdiri dalam fauna dimensi penuh cahaya
Yang gemerlap menerangi langit dunia
Jiwanya belum lagi suci.
Mereka yang berdiri ketika matahari tergelincir
Berharap ada perbaikan dalam lakunya
Bermunajat kepada khaliknya
Dalam hiruk pikuk dunia
Dalam kesemerawutan jalan-jalan yang sudah tidak layak lagi
Dalam deru dan asap yang menyesakan dada
Dalam keringat yang tak lagi bercucuran
Tertunduk…terkesima…terlena….
Mengikuti hawa nafsunya yang tanggal satu persatu
Jauh…jauh terbang dalam terik matahari
Berdiri di batas cakrawala
Yang suram karena nestapa
Jiwanya belum lagi suci
Mereka yang berjalan dalam lapar dan dahaga
Menyusuri jalan Jakarta yang berdebu
Melewati gang-gang pengap yang penuh caci maki
Atau duduk dalam ruang dingin berpermadani
Atau berdiri dibawah terik matahari yang tak lagi sembunyi
Dalam dahaga yang membakar kerongkongannya
Dalam lapar yang membelit ususnya
Dalam perputaran waktu yang terus berputar
Tertunduk…terkesima…terlena….
Mengikutinya rasa ini yang enggan lagi berpaling
Jauh…jauh melintasi alam bawah sadarnya
Berdiri dikejauhan
Yang tak lagi bisa dijangkau
Jiwanya belum lagi suci.
Mereka yang bertaubat dalam masjid-masjid
Berkumandang lafadz zikir
Membelah hening malam
Menerobos barikade nafsu hewani
Memporak porandakan buaian kenikmatan
Memberangus kemaksiatan
Dalam sesal yang kian tanggal
Dalam tangis kemerdekaan
Dalam bahagia yang dating menghantam bertubi-tubi
Dalam hati yang kian menampakan sinarnya
Tertunduk…terkesima…terlena….
Mengikuti debar jantungnya
Jauh…jauh melayang dalam harap dan cemas
Berdiri ditepian jurang
Yang tak lagi dalam
Jiwanya belum lagi suci
Semua berlalu mengikuti bumi yang berputar
Asa itu telah direngkuh
Harap itu mulai bisa diraih
Sinarnya mulai hadir
Menyinari segenap jiwanya
Mengisi aliran darahnya
Berbahagialah………….
Beruntunglah…………..
Untuk mereka yang mensucikan jiwanya.
Dan untuk mereka yang tetap mensucikan jiwanya.
sesungguhnya beruntunglah orang yang Mensucikan jiwa itu,
( سورة الشمس , Ash-Shams,ayat 9)
Urgensi Halaqoh
![]() |
Halaqoh secara termologi bahasa berarti lingkaran, biasanya
digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin
mengkaji ajaran islam, jumlah peserta antara 3 – 12 orang, mereka mengkaji
islam dengan manhaj tertentu, bertujuan membentuk muslim yang islami dan
berkarakter da’i (Takwinul shaktsiyah islamiyah wa da’iyah).
Berbicara tentang halaqoh, sudah setahun lebih ana tidak
aktif mengikuti halaqoh yang rutin diadakan setiap ahad malam, layaknya
smarthphone yang harus selalu di charge agar bisa selalu ON, terasa juga pada ruhiyah ana yang kian lama kian berubah warna, yang awalnya
hijau, memudar menjadi kuning dan nyaris berubah warna menjadi merah. Halaqoh dapat menjadi media Recharge
ruhiyah untuk selalu dalam kondisi stabil,
paling tidak bisa sebagai barometer mengukur keimanan kita yang bersifat
fluktuatif ini.
Halaqoh selain sebagai media yang telah disebutkan diatas,
halaqoh bisa menjaga tali silaturahim teap terjaga dan ukhuwah islamiyah tetap
terbina, dan nyaris setahun tanpa halaqoh terasa ada kekosongan, otak dan
ruhiyah tidak lagi di isi dengan tarbiyah, semangat pun mulai memudar dan harus
dikobarkan lagi agar tujuan halaqoh bisa tercapai, setidak-tidaknya bisa
menjadi da’i untuk diri sendiri dan
keluarga.
Jadi kenapa kita harus meninggalkan halaqoh hanya karena
alasan kesibukan duniawi.
Kamis, 09 Mei 2013
Isteriku...semua karenamu
“Isteri ibarat mata yang ada di
belakang kepala kita, disaat kepala kita tidak lagi mampu berpikir dengan waras, isterilah yang melihat segala
kesalahan yang akan dan sudah dilakukan oleh kita (Amri Fauza)”
Isteri bisa diibaratkan seperti wonder woman, yang
mempunyai kekuatan tanpa batas, yang memberi kita kekuatan oleh cintanya dan
kasih sayangnya, dan menjadikan hidup kita jauh lebih bermakna, lebih berwarna
dan lebih semarak.
Disaat suka dan duka sang isterilah yang setia
menemani kita, menghibur kita. Dan disaat kita salah jalan atau nyaris
terjerumus lobang, sang isterilah yang memberi sinyal dan rambu agar kita
kembali pada track yang benar.
Sebuah berita gembira datang dari sebuah hadits Rosul
bahwa Rosulullah saw. Bersabda :
” Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan
terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah”.
Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan
peranan yang sangat penting dalam kehidupan berumah tangga dan peranannya yang
sangat dibutuhkan menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa
menjadi seorang istri yang baik. Pemahamannya, perkataaannya dan
kecenderungannya, semua ditujukan untuk mencapai keridho’an Allah swt., Tuhan
semesta Alam. Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang pada akhirnya,
hal itu adalah untuk mendapatkan keridho’an dari Allah swt. sehingga dia
(seorang istri) berkeinginan untuk mengupayakannya.
Kualitas seorang istri seharusnya memenuhi sebagaimana
yang disenangi oleh pencipta-Nya yang tersurat dalam surat Al-Ahzab. Seorang
wanita muslimah adalah seorang wanita yang benar (dalam aqidah), sederhana,
sabar, setia, menjaga kehormatannya tatkala suami tidak ada di rumah,
mempertaankan keutuhan (rumah tangga) dalam waktu susah dan senang serta
mengajak untuk senantiasa ada dalam pujian Allah swt.
Ini adalah penting untuk dicatat bahwa ketika seorang
istri menunaikan kewajiban terhadap suaminya, dia (istri) talah melakukan
kepatuhan terhadap pencipta-Nya, karenanya dia (istri yang telah menunaikan kewajibannya)
mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya. Rosulullah saw. mencintai istri-istrinya
karena kesholehan mereka.
Keberadaan seorang wanita sebagai
istri dan juga sebagai seorang ibu dalam lingkungan sebuah keluarga memiliki arti yang
sangat penting, bahkan bisa dikatakan istri merupakan satu tiang yang menegakkan kehidupan keluarga dan termasuk pemeran utama dalam
mencetak "orang-orang besar". Sehingga tepat sekali bila ada yang mengatakan
bahwa : "Di balik setiap orang besar ada seorang wanita yang mengasuh dan
mendidiknya".
Jadi...kenapa kita tidak mencintai dan
menyayangi isteri kita dengan sepenuh hati, tanpa dia kita masih belum apa-apa dan bukan siapa-siapa, Love you more my
wife...my destiny.
Langganan:
Postingan (Atom)