"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah".
( سورة الأحزاب , Al-Ahzab, Juz 33, ayat 21)
Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Kita lihat hampir disetiap Masjid-masjid, Surau-surau dan Majelis-majelis Ta’lim diseluruh pelosok kota dan desa, terdengar kesibukan pembentukan Panitia untuk memperingati Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, masing-masing berlomba-lomba untuk mendatangkan Ustadz terbaik dan terkenal yang dimiliki republik ini, untuk menambah greget perayaan tersebut.
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. . Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.
Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian.
Terdapat beberapa kaum ulama yang berpaham Salafi dan Wahhabi yang tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah Bid'ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya. Namun demikian terdapat pula ulama yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi bukanlah hal bid'ah, karena merupakan pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama, selama esensi perayaan Maulid ini tidak menyimpang dan bertujuan mengambil suri tauladan terhadap perilaku, akhlak dan sunah-sunah beliau, sah-sah aja dan memang efek dari peringatan ini benar-benar terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Sangat sulit untuk bisa menyamai perilaku beliau, tapi paling tidak setelah kita hadir mendengar tausyiah atau taujih yang disampaikan oleh Ustadz bersangkutan, tidak menguap begitu saja, atau malah selain menguap begitu saja, kita juga ikut-ikutan menguap karena terserang rasa kantuk, ini yang berabe….tidak ada yang bisa kita bawa pulang untuk setidaknya disampaikan kepada keluarga kita yang tidak bisa hadir.
Apa indikasinya, bahwa esensi dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ini berdampak positif terhadap perilaku kita, setidak-tidaknya muncul spirit dalam diri kita untuk terus berusaha kearah yang lebih baik, merubah segala kebiasaan negatif menjadi kebiasaan positif, yang tadinya gandrung nonton sepak bola menjadi gandrung tahajud, dan sebagainya.
Mudah-mudahan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini, bisa menjadi barometer bahwa mutaba’ah yaumil kita jadi ikut terdongkrak nantinya dan bisa melampaui target yang telah ditetapkan, dan dapat terpelihara terus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Selasa, 09 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar