Rabu, 12 Agustus 2009

Generasi Qur'ani

Atau kita ingin seperti Christhoper Columbus yang menemukan Benua baru yang bukan menjadi tujuannya, Amerika

Beberapa waktu yang lalu Ana terlibat diskusi dengan teman ana seorang dosen, pengajar dan instruktur pelatihan pada suatu instansi pemerintah, Kita berdiskusi tentang Pendidikan bagi anak-anak kita, dan sudah hal yang lumrah apabila ada perbedaan dalam pemikiran untuk masalah ini, siapa yang benar atau yang salah, bukan suatu hal yang penting juga untuk dipermasalahkan. Dan merupakan karunia Allah adanya perbedaan-perbedaan seperti ini.

Beliau mempunyai pendapat dalam menggenjot pendidikan anak adalah dimulai ketika sang Anak menginjak bangku SMU, pada fase ini anak digenjot dalam proses belajar semaksimal mungkin untuk persiapan memasuki jenjang pendidikan S1 (Strata Satu), dalam arti bahwa ketika anak memasuki jenjang pendidikan SD dan SMP tidak perlu bersekolah pada sekolah unggulan atau sekolah yang berkualitas, yang penting SMUnya bersekolah pada sekolah yang mumpuni dan bisa masuk Perguruan Tinggi Negeri lewat jalur UMPTN.

Pendapat Ana, pendidikan anak mutlak harus dinomor satukan, ketika kita memang mempunyai kemampuan untuk menyekolahkan anak pada sekolah yang berkualitas kenapa tidak? Karena menurut ana, harus sejak dini seorang anak di bentuk pola belajar dan pembelajarannya. Sehingga sang anak akan terbiasa dalam suasana yang penuh persaingan, sangat setuju untuk jam sekolah seperti Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang jam belajarnya dimulai jam 7.00 sampai dengan jam 16.00 atau lebih, ini akan lebih mempersiapkan anak terpola kepada paradigma mengenai waktu untuk terus belajar, berkarya dan belajar.

Akan tetapi pola belajar tersebut harus tetap bersumber kepada Al Qur’an bukan kepada sumber selainnya. Hal ini dapat dilihat dari kemarahan Rasulullah SAW, pada waktu melihat ditangan Umar bin Khattab Ra, selembar buku Torat, Beliau berkata :

“Demi Allah, seandainya nabi Musa hidup dikalangan kamu sekarang ini, ia mesti mengikuti saya”
(HR Al Hafiz Abu Ya’la, dari Hammad, dar As syabi, dar Jabir)

Bagaimana menciptakan suatu generasi yang bersih jiwanya, bersih otaknya, bersih konsepsinya, bersih fikrohnya, bersih kejadiannya dari setiap pengaruh lain, selain dari metode Ilahi yang dikandung Al Qur’an atau Generasi Qur’ani

Tugas berat berada di pundak kita, bagaiman kita bisa mendidik anak-anak kita untuk menjadi Generasi Qur’ani atau paling tidak sebuah generasi yang tidak buta-buta amat dengan kitab sucinya.

Tidak ada komentar:

SearchSight.com

"Changing the Way that the World Looks at the Internet!"