Selasa, 09 Maret 2010

Demonstrasi dengan hati *)

* Oleh : Gibran Huzaifah Amsi El Farizy
diterbitkan di Harian Seputar Indonesia
Selasa 09 Maret 2010, Hal 7

KEBEBASAN merupakan hak asasi yang tertanam secara alamiah dalam fondasi hasrat manusia. Sejak dulu,manusia kerap kali berjuang demi kebebasannya dalam banyak hal: berpendapat, beribadah, berkumpul, bertindak, dan sebagainya.

Sejarah bangsa kita memperlihatkan alur tersebut.Ketika kebebasan adalah barang langka yang berharga mahal, masyarakat berjuang keras untuk memperjuangkannya. Kini, saat kebebasan telah dilindungi konstitusi, masyarakat benar-benar memanfaatkannya, tetapi tak jarang hingga melewati garis batasan. Demonstrasi merupakan salah satu alat peraga kebebasan berpendapat.Turun ke jalan dengan membawa tuntutan atau ide perubahan dengan leluasa merupakan hal yang elegan.Akan tetapi, hal tersebut juga harus disampaikan dengan metode yang elegan.

Jika memang suara rakyat yang dibawa,mengapa infrastruktur milik rakyat yang dirusak? Jika kebaikan yang diperjuangkan, mengapa cara yang dijalankan memberikan dampak keburukan? Berbicara tentang baik dan buruk, kita harus mampu menilai dan menyelenggarakan demonstrasi secara etis. Dalam konteks ini, demonstrasi patut dipertanyakan dalam aspek motif dan kausalitas.Mari kita pandang gambaran demokrasi mutakhir dalam perspektif etika.Perusakan fasilitas publik dan pemerintah, bentrokan keras dengan kepolisian,pembakaran ban di tengah jalan,pemukulan oknum keamanan, etiskah?

Menurut penulis, bukanlah kebebasan semacam ini yang kita idam-idamkan.Kebebasan yang kita inginkan adalah kebebasan yang mendasar, konstruktif, dan indah,lain tidak. Untuk itulah masyarakat perlu membersihkan rupa demonstrasi anarkistis yang selama ini terjadi.Upaya pembersihan ini dapat dilakukan mulai dari hal mendasar.Pertama, dari segi motif yang melatarbelakangi demonstrasi tersebut. Pelaku demonstrasi, siapa pun itu, harus mampu mengkaji motif mereka dalam melaksanakan demonstrasi. Apakah memang demonstrasi merupakan hal terbaik untuk menyampaikan aspirasi secara efektif dan efisien atau memang ada cara lain yang lebih bersahaja.

Kedua,dari segi pengamanan jalannya demonstrasi di lapangan.Dalam beberapa kejadian, kerap kali tindak anarkistis yang terjadi disebabkan adanya miskomunikasi atau kealpaan pelaksana demonstrasi untuk mengatur suhu aksi agar tetap dalam batasan.Karenanya,motif yang murni tidak cukup untuk menyelenggarakan demonstrasi yang lugas dan damai. Diperlukan perencanaan yang matang serta penataan yang tegas dalam eksekusi di lapangan. Sejarah membuktikan bahwa demonstrasi merupakan metode yang efektif dalam menyampaikan aspirasi rakyat secara vertikal.Demonstrasi juga pernah menjadi titik awal kebangkitan pergerakan masyarakat secara radikal. Ya, demonstrasi sebagai sebuah semangat perjuangan memang harus dipertahankan. Akan tetapi, perlu kita ingat bahwa demonstrasi hanyalah satu metode penyampaian pendapat dalam ranah demokrasi.

Jika memang sebuah ide bisa disampaikan dengan jalan lain yang lebih halus dan singkat tanpa mengurangi esensinya, tidak ada salahnya untuk dilakukan. Pun jika demonstrasi dirasa perlu, maka mari kita perkuat fondasi serta etika pelaksanaannya.Lebih dari itu, mari kita jalankan hal itu dengan hati.(*)

Gibran Huzaifah Amsi ElFarizy
Mahasiswa Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB

http://gibranhuzaifah.wordpress.com

Tidak ada komentar:

SearchSight.com

"Changing the Way that the World Looks at the Internet!"