Kamis, 31 Desember 2009

Sebuah Renungan : Sediakan selalu ruang untuk dibenci

“Jangan engkau kira sebuah kata yang keluar dari saudaramu yang mukmin adalah keburukan, sebab bisa jadi ia adalah kebaikan yang ditangguhkan untukmu”
(Umar bin Khatab r.a.)

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, nyaris seperti kilatan petir diwaktu hujan, dan tak terasa usia sudah hampir menembus angka 44, angka yang seharusnya sudah bisa membuat diri ini menjadi bijaksana dan sarat dengan kepatuhan dalam peribadatan, fisik mungkin boleh menjadi lemah, seperti mata yang harus sudah mulai dibantu dengan kaca mata plus, tetapi ruhiyah harus semakin kuat dan mampu memanage hawa nafsu menjadi nafsu ‘mutmainah’.

Selama perjalanan waktu, sudah banyak yang dilewati dan terlewati dalam bersosialisasi dalam masyarakat, yang penuh dengan kemajemukan sifat, karakter maupun latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan, dan pasti ada gesekan-gesekan dalam berbaur dan bersosialisasi tersebut, dan tidak menutup kemungkinan banyak sikap, perilaku dan ucapan yang mungkin meyebabkan seseorang menjadi sakit hati dan tidak bisa menerima perlakuan kita, sadar atau tidak sadar kita pasti telah melakukan hal tersebut.

Mungkin kita sudah berusaha untuk berbuat sebaik mungkin, dengan menghargai pendapat orang lain, menyukai sikap dan perilaku orang lain, dan mencoba tidak membenci perlakuan orang lain terhadap kita yang seharusnya bisa menjadikan kita menjadi benci, memaafkan apa yang telah orang lain perbuat terhadap kita, dan juga sudah berusaha menyayangi terhadap sesama muslim.

Apa yang telah kita lakukan dan perbuat, dan telah berusaha untuk berbuat sebaik mungkin dan memberikan yang terbaik yang kita bisa berikan, selalu menjaga sikap dan ucapan, dan mempunyai image yang baik dalam masyarakat, bukan berarti serta merta kita terbebas dari 'aroma kebencian'.

Tapi itulah kehidupan, selalu ada dualisme dalam hidup ini, bahwa berusaha menjadi orang besar artinya menjadi orang yang dicintai, tetapi sekaligus dibenci, dikagumi tetapi juga dimusuhi, disegani tetapi juga dikhianati, dan dihormati tetapi juga dicaci maki.

Jadi, sediakan selalu ruang untuk dibenci, dengan selalu tersedia ruang tersebut untuk menampung kebencian orang lain, mudah-mudahan bisa membuat kita menjadi lebih berjiwa besar dan berlapang dada. Yang terpenting ruang yang tersedia bukan karena kita mempunyai suatu kesalahan fatal atau sikap yang memang layak untuk dibenci.

Kebencian selalu ada, walau ketika kita menginginkan kesamaan, namun hanya Allah yang mampu mempersatukan hati, dan jangan kebencian yang ada dibalas dengan kebencian, hingga akhirnya timbul dendam kesumat, dan permusuhan yang berkepanjangan.

“dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
( سورة الأنفال , Al-Anfal, ayat 63)

So…bagaimana kalau benci tapi rindu….?

Tidak ada komentar:

SearchSight.com

"Changing the Way that the World Looks at the Internet!"