Allahu Akbar…..Allahu Akbar…Allahu Akbar, La ilaha illallah wallahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Bersamaan berkumandangnya takbir yang menembus angkasa dan melintasi batas cakrawala, berakhir pula bulan yang penuh rahmat, bulan Ramadhan 1430 H. Sedih dan berat meninggalkan bulan yang malam-malamnya terasa hidup, yang diisi dengan pelbagai bentuk ibadah dari shalat tarawih, tadarus Al Qur’an, Sodaqoh hingga I’tikaf, yang tak ada hari dimana begitu banyak manusia berlomba-lomba pada jalan kebaikan. Entah…apa masih mungkin kita bisa arungi lagi bulan Ramadhan ini pada tahun berikutnya?
Sadar atau tidak sadar ada perubahan yang terasa setelah sebulan lamanya kita di tarbiyah, kekuatan ruhiyah kita semakin bertambah, ibarat lentera yang tadinya mulai redup, kini kembali bercahaya karena telah diisi lagi dengan bahan bakar baru. Yang jadi persoalan bagaimana kita menjaga agar lentera ini tetap bersinar, tidak padam tertiup angin atau akibat bahan bakarnya yang kian menipis.
Bagaimana kita memelihara Tahajud kita tetap kita laksanakan setiap malam, tilawah kita bisa dibaca satu juz perhari, shalat wajib berjamaah kita tetap terpelihara, Shalat Subuh selalu berjamaah dimasjid, shalat dhuha kita tidak pernah putus dilaksanakan setiap pagi, dan amal-amalan yang lain yang ketika bulan Ramadahan selalu kita laksanakan, akan tetap dilaksanakan sesudah bulan Ramadhan berakhir.
Menurut para pakar anatomi tubuh manusia, tubuh manusia mempunyai metabolisme tubuh yang sangat mudah beradaptasi dengan alam atau dengan hal-hal yang bersifat rutinitas atau kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang, dan tubuh manusia juga mempunyai sensor untuk menolak sesuatu yang bersifat toksik, biasanya ditandai dengan rasa mual, pusing yang tak beraturan atau muntah-muntah, sebagai contoh, ketika seseorang memutuskan untuk mulai merokok atau memakai narkoba, pada saat benda tersebut masuk kedalam tubuh, tubuh langsung menolak dan mengirim sensor ke otak bahwa benda tersebut mengandung toksik, biasanya ditandai dengan mual, pusing yang tak beraturan atau kadang-kadang dengan muntah-muntah, tetapi ketika kita tetap memaksa untuk mengkonsumsi benda tersebut maka fungsi otak sudah berubah karena sensor yang dikirim oleh tubuh ke otak menyatakan bahwa benda ini tidak mengandung toksik, yang pada akhirnya metabolisme tubuh otomatis berubah mengikuti kebiasaan.
Begitu pula ketika seseorang memutuskan untuk berhenti merokok, akan ada penolakan atau bahasa kerennya ‘Withdrawal Syndrome’ atau Sindroma putus obat atau suatu gejala yang timbul akibat perubahan metabolisme tubuh secara mendadak, atau kebalikan dari kasus diatas.
Setelah bulan Ramadhan ini, dimana metabolisme tubuh kita sudah terbentuk dengan kebiasaan bangun malam untuk sahur, otomatis sinyal-sinyal dalam tubuh terbiasa mendapat perintah untuk bangun pada jam tersebut, tanpa jam wekerpun insya Allah kita akan selalu tetap bangun, yang jadi permasalahannya bisa atau tidak kita melawan Withdrawal Syndrome tersebut tadi.
Mudah-mudahan hasil tarbiyah Ramadahan 1430 H ini, menjadikan kita terus bersemangat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas iman kita kepada Allah SWT. Karena tidak cukup waktu sebulan untuk kita bisa tiba-tiba menjelma menjadi Tataqun, tetap harus selalu kita asah dan tumbuh kembangkan dihari-hari diluar bulan ramadhan, mungkin dengan kita membuat agenda dan target yang ingin kita lakukan dalam setahun kedepan hingga kita ketemu dengan Ramadhan berikutnya, sebagai contoh, Shalat Dhuha kita pasang target setiap hari minimal 2 rakaat, shalat tahajud setiap malam minimal 5 rakaat, dan seterusnya.
Mungkin dengan agenda dan target yang jelas kita bisa menjadi lebih baik dan ada perubahan yang signifikan, paling tidak kita menjadi baik untuk diri sendiri, tidak ada salahnya kita adopsi motto dari Aa Gym yaitu 3 M, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil, Mulai dari Sekarang.
Dan untuk lebih lengkapnya barangkali sekarang kita tambah 1 M lagi biar menjadi 4 M, yaitu : Mulaiin Deh…
Rabu, 30 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar