Jumat, 06 Februari 2009

Diambang Maut

Dalam kegelapan malam yang tak kunjung berakhir
masihkah ada asa untuk berharap pada setitik cahaya
hingga kaki ini mampu untuk melangkah
tangan ini bisa untuk menggapai
dan pendengaran ini tidak bekerja keras lagi
dan mata ini dapat melihat jelas
entah seulas senyum milik siapa

Malam belum lagi berakhir
dan dingin terus menyelimuti kegelapan
berdiri terpaku tak bisa bergerak
terasa sorot matamu dingin menatapku
membuat kian menggigil sekujur tubuh yang tak bertenaga lagi
hingga betis ini bertaut
dan....entah melayang kemana
tak bisa lagi untuk berteriak
tak bisa lagi untuk bernafas
tak bisa lagi walau sekedar menolehkan kepala
terkapar dalam gelap yang semakin gelap

Entah, persisnya ana lupa waktu kejadiaanya, cukup aneh juga tapi setidaknya ini bisa menjadi paradigma kita dalam upaya mengisi kehidupan yang kita tidak tahu kapan kehidupan akan berakhir, dan seberapa lama sebenarnya siklus pergerakan hidup kita.
Ana punya kebiasaan sebelum qiyamul lail adalah membuat kopi sebelum mandi, seingat ana waktu itu kalau tidak salah jam 02.00 an ana bangun, terus ana merebus air untuk membuat kopi, disaat inilah kejadian itu terjadi.
Ketika ana sudah menaruh air dalam ketel dan menyalakan api, tiba-tiba ana tidak punya keseimbangan dan kesadaran lagi, ana jatuh tersungkur terjerembab kelantai dengan suara keras, seperti seorang petinju yang dipukul KO, entah apa yang terjadi, tiba-tiba ana sudah dibangunkan oleh istri ana, kenapa kok tidur didapur, ana gak bisa jawab apa yang sedang terjadi saat itu.
Alhamdulilah dan cukup aneh juga kepala ana tidak terbentur benda yang ada disekitar, seperti ujung meja dapur, lemari atau rak piring.
Ana coba bertanya kepada Dokter tentang fenomena ini, sang dokter bilang ada beberapa kemungkinan, dan kemungkinan terbesar adalah pada saat itu supply oksigen keotak ana terhambat atau terhenti seper sekian detik, disaat itulah motorik yang ada ditubuh kita termasuk syaraf-syaraf ikut terhambat atau terhenti, sehingga tidak punya kemampuan untuk menyeimbangkan tubuh. ibarat pohon tumbang tak ada waktu atau gerak reflek untuk menggapai sesuatu.
Ana jadi berpikir seperti inilah kematian akan datang, begitu tiba-tiba dan kita tidak tahu disaat sedang apa ketika ajal menjemput. dan kita juga tidak bisa memprediksikan dibumi mana kita akan mati.

"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok . Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" ( سورة لقمان , Luqman, ayat 34)

Memang, kita tidak mengetahui dibumi mana kita akan mati, bisa saja kita mati ketika sedang naik pesawat yang meledak berkeping-keping, tubuh kita hancur lebur atau mati tenggelam ketika sedang berlayar. Subhanallah

Tidak ada komentar:

SearchSight.com

"Changing the Way that the World Looks at the Internet!"